ini Kisahnya...
01.58 | Author: Alunan Vektor Allah
Kemelut nila, jingga, hijau.... dan semburatnya,,,



Banyak kejadian indah.....
Begitu sadarnya aku akan titik itu hingga bagai kurasakan setitik minyak dalam drum-drum air di depan rumahku itu. Ah, mana pernah kurasakan yang sejelas ini.
Sebuah cermin besar terpampang di depanku. Cermin ini selalu ada sejak dulu. Namun aku hanya melihatnya sebagai samaran dunia yang tiada artinya. Namun kini, aku melihatnya dari sudut pandang lain. Sudut pandang cinta.
Ya, hari-hari yang mungkin terlalu banyak diungkapkan mkefitriannya ini kini memiliki warna lain. Karena aku merasakan betapa Tuhan benar-benar menjodohkan orang-orang itu di depan mataku. Ya, serasa miracle—yang sering diungkapkan guruku turun di depanku.
Langsung saja. Aku memang senang—siapa sih, yang tidak senang—kalau membicarakan masalah hati. Lelah mungkin kalau terus memuji kesejukan-kesejukan yang turun ketika membahas masalah itu. namun, ini memang benar terjadi dan aku sangat ingin mengungkapkannya.
Yang satu berusia dua puluh enam tahun. Aku memandangnya sebagai gadis yang sangat sempurna. Karena yang menjadi ukuran pertama adalah diriku sendiri. Benderang purnama menyinari seluruh bagian dirinya. Ya, dia memang selalu purnama dengan pesonanya yang tak pernah kalah dengan gemintang meski sebenarnya cahaya mereka jauh lebih berlimpah. Tentu saja aku... sangat jauh darinya. Wajahnya baby face dan itu menyembunyikan usia dua puluh enamnya. Dalam guratan paras manis kekanak-kanakannya. Tapi, hanya wajah dan postur tubuhnya saja yang baby. Pasti terkejut jika mengetahui apa yang terbungkus tubuh mungil itu. Dialah cucu pertama Almarhum Kyai Jalil yang termasyhur di Jombang. Darah ningrat kepesantrenan mengalir kental di tubuhnya walaupun dia tak pernah merasakan kahidupan pesantren. Prinsipnya yang sekuat baja membuatnya ingin murni tak menggeluti dunia asalnya. Tempat kelahirannya Mesir. Dia lahir saat ayah dan ibunya masih menempuh pendidikan di sana. Kota yang hingga detik ini masih kupuja-puja. Sungguh sangat hebat bagiku seseorang benar-benar lahir di kota yang kudamba itu. Itu masih hanya dari latar belakang keluarganya. Yang jauh lebih menyorot mataku adalah masa kininya. November depan dia sudah S2 di ITS. Yang dulu S1 dia tempuh di Unair, Teknik Kimia. Bidang yang sangta berbobot dan menjadi suatu pertaruhan besar bagi masa depan perempuan. Sangat menakjubkan bagi seorang wanita seperti dia. Terlebih seorang cucu Kyai besar.
Dan yang paling paling dan paling menakjubkan darinya... dia menurut dan mau melakukan apa yang dititahkan ayah dan ibunya. Diberikan pada siapa saja.
Beralih ke yang satunya.
Yang satu ini... kupandang, dia sangat berwibawa. Indah dengan pesona gagah beraninya mengajukan diri. Dia sudah memiliki pekerjaan di posisi yang penting pada sebuah pabrik rokok. Jangan melihat rokoknya tapi lihat dirinya dengan perangai kalemnya yang taat dan patuh. Dia putra seorang yang tersohor di daerah Porong Sidoarjo. Pengusaha kayalah. Dia tampan dan bahkan seorang anak kecil mengatainya mirip Haddad Alwi. Paras kearab-araban memang familiar di wajahnya. Ah, usianya juga dua puluh enam. Namun kukira lebih muda beberapa bulan dari yang perempuan. Bukan terlihat dari wajahnya, tetapi dari cerita orang-orang.
Sekitar dua hari setelah Hari Raya mereka dipertemukan. Terencana memang.
Dua-duanya sama sekali tak tahu satu sama lain. Kedua orang tua merekapun mungkin takkan bertemu jika tak diperkenalkan oleh ayahku. Jika keduanya tidak meminta tolong ayahku untuk mencarikan pasangan.
Sesuatu yang menjadi pertaruhan hidup mereka lakukan. Mereka serahkan jiwa raga pada satu sama lainnya. Dan itu mereka lakukan tanpa... tanpa hal-hal keji yang semarak sekarang ini. Hanya demi mebahagiakan orang tua. Yang perempuan mungkin karena dia telah sadar kodratnya sebagai perempuan dalam usianya yang sudah cukup untuk menjalani sesuatu yang mengerikan itu. Sedangkan yang laki-laki, karena orang tuanya berencana berangkat haji yang kedua pada tahun 2011 nanti, maka diahrapkan dia sudah memiliki teman....
Ah, sayangnya aku bukan Tuhan dan tak pernah diberikan tugas olehNya untuk menjodohkan anak adam. Kalau tidak, mungkin sudah dulu-dulu aku pertemukan dua manusia yang cocok itu. Tidak menunggu usia dua puluh enam, tidak menunggu S2, tidak menunggu...
Aku heran mengapa di Idul Fitri begitu banyak kisah cinta yang diukir Tuhan di depan mataku. Cinta yang kutemuka benar-benar cinta suci atas nama Tuhan. Dan satu-satunya alasan yang membuat mereka rela melakukan itu hanya satu dan satu kata, patuh.
Ah...

Read More…
|
This entry was posted on 01.58 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: